Gelisah Karena BBM Naik
Ustadz Aunur Ro q bin Ghufron
Naiknya harga bahan bakar minyak -bensin, solar dan minyak tanah- menimbulkan keresahan bagi
semua lapisan masyarakat, terutama saudara kita yang berpenghasilan kecil. Mereka mengeluh dan bingung
mengatur perekonomian rumah tangganya. Naiknya harga bahan bakar jelas mempengaruhi harga
kebutuhan pokok.
Menyikapi peristiwa ini, sebagian orang tidak dapat menahan emosi dan kemarahannya. Di antara
mereka ada yang mengadakan demonstrasi, perusakan, ataupun kritik terhadap pemerintah. Tindakantindakan
ini tidaklah menyelesaikan perkara. Bahkan, boleh jadi memperumit dan menambah masalah.
Inilah penyakit jiwa. Apabila melihat sesuatu yang tidak disepakati oleh hawa nafsunya, muncul kelah
kesah sebagaimana rman Allah:
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ditimpa kesusahan,
ia berkeluh kesah. Dan apabila mendapat kebaikan, ia amat kikir. (QS. Al- Ma’arij: 19
- 21).
Kiranya tidak ada jalan keluar dari segala kesulitan dan kesempitan hidup melainkan kembali kepada
hukum Allah. Semoga penjelasan dibawah ini membantu memecahkan masalah.
1 Pemegang Kunci Rizki
Harus kita maklumi, semua peristiwa yang terjadi seperti kenaikan BBM ataupun yang akan terjadi, telah
ditentukan oleh Allah. Tidak mungkin kita akan luput dari takdir-Nya.
Katakanlah: Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah
bagi kami. (QS. At-Taubah: 51).
Kita harus yakin pula, sesulit apa pun kondisi kita, tetap saja Allah yang menanggung rizki hamba-Nya:
Dan tidak ada satu pun binatang melata di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya.
(QS. Hud: 6).
¤Dikutip dari hal. 7 – 12, pada majalah Al-Furqon edisi 03/V/1426H
Karena itu, kita tidak boleh khawatir tidak mendapatkan rizki. Allah Maha Kaya, senantiasa memberi
rizki hamba-Nya.
Dan Engkau beri rizki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas). (QS. Ali Imran:
27).
Kita dilarang bunuh diri, membunuh anak, atau membatasinya lantaran khawatir tidak mendapat rizki.
Allah ber rman,
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang akan memberi
rizki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah
suatu dosa besar. (QS. Al-Isra: 31).
Rizki, pada akhir zaman akan melimpah, walaupun banyak manusia mengeluh karena ganti harga. Dari
Abu Musa radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Manusia akan menjumpai waktu, yang saat itu ada seseorang yang menawarkan sedekahnya
berupa emas, namun tidaklah ia menjumpai orang yang mau menerimanya.1
Perlu dimaklumi, kekayaan bukanlah tolok ukur kebahagiaan. Sebaliknya, kemiskinan bukanlah tanda
kehancuran. Akan tetapi keduanya merupakan ujian.
Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada
golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami uji mereka
dengannya. Dan karunia Rabbmu lebih baik dan lebih kekal. (QS. Thaha: 131).
Prinsip ini harus kita pahami agar kita menyadari, kenikmatan dunia suatu saat dapat menjadi sebab
kehancuran manusia apabila tidak disertai iman. Tidak sedikit orang yang memiliki kedudukan dan kekayaan
dunia justru menjadi kehancuran karena sombong serta menjadi pelopor penindasan dan perbuatan
jahat. Lihatlah Raja Firaun dan orang ka r pada zaman dahulu dan sekarang. Bahkan anak mereka pun
ikut menjadi perusuh, pemabuk, penjudi, pezina, dan pencuri. Allah mengabadikan semboyan mereka
dalam Al-Quran:
Dan mereka berkata, Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (daripada kamu)
dan kami sekali-kali tidak akan diadzab. (QS. Saba’: 35).
2 Penghalang Rizki
Benar, kita harus mengimani takdir. Tetapi harus diketahui, musibah atau takdir yang jelek tidaklah
terjadi melainkan karena ulah manusia yang jelek.
Dan apa pun musibah yang menimpamu, itu disebabkan perbuatan tanganmu sendiri, dan
Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS. Asy-Syura: 30).
1HR. Bukhari 2/513, Muslim 2/700, Ibnu Hibban 15/173, Sunan Kubra 6/358, dan lainnya.
Adapun penghalang rizki Allah sebagai berikut:
1. Mengingkari nikmat Allah
Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya
aman lagi tentram, rizkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat,
tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan
kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka
perbuat. (QS. An-Nahl: 113).
2. Bakhil dan kikir
Perhatikan surat Al-Qalam ayat 17 – 33 berikut:
Sesungguhnya kami telah menguji mereka (musyrikin Makkah) sebagaimana kami telah
menguji pemilik-pemilik kebun. Ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguhsungguh
akan memetik (hasil)nya di pagi hari, dan mereka tidak menyisihkan (hak
fakir miskin). Lalu kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Rabbmu ketika
mereka sedang tidur.
Maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita. Lalu mereka panggil
memanggil di pagi hari, Pergilah di waktu pagi (ini) ke kebunmu jika kamu hendak
memetik buahnya. Maka pergilah mereka saling berbisik-bisik: Pada hari ini janganlah
ada seorang miskin pun masuk ke dalam kebunmu.
Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin)
padahal mereka (menolongnya). Tatkala mereka melihat kebun itu, mereka berkata,
Sesungguhnya kita benar-benar orang-orang yang sesat (jalan), bahkan kita dihalangi
(dari memperoleh hasilnya).
Berkatalah seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka, Bukankah aku telah
mengatakan kepadamu, hendaklah kamu bertasbih (kepada Rabbmu)? Mereka mengucapkan,
Maha Suci adalah orang-orang yang zhalim. Lalu sebagian mereka menghadapi
sebagian yang lain seraya cela-mencela. Mereka berkata,
Aduhai celakalah kita. Sesungguhnya kita orang-orang yang melampaui batas. Mudahmudahan
Rabb kita memberikan ganti kepada kita dengan (kebun) yang lebih daripada
itu. Sesungguhnya kita mengharapkan ampunan Rabb kita.
Seperti itulah adzab (dunia). Dan sesungguhnya adzab akhirat lebih besar, jika mereka
mengetahui.
Dijelaskan dalam ayat-ayat di atas, Allah menghancurkan tanaman pemilik kebun yang sengaja
menghalangi hak fakir miskin. Kami anjurkan pembaca sudi membaca tafsari ayat-ayat tersebut.
Mudah-mudahan menjadi obat-obat penyembuh penyakit bakhil (kikir).
3. Tidak mau membantu anak yatim dan orang miskin
Perhatikan keluhan orang yang mendapatkan rizki hanya sedikit. Allah dituduh menghinanya, padahal
merekalah yang menghina dirinya sendiri, karena tidak mengeluarkan sebagian harta yang
menjadi hak orang fakir dan miskin.
Adapun bila Rabbnya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata, “Rabbku
menghinakanku. Sekali-kali ktidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan
anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin, dan kamu
memakan harta pusaka dengan cara mencampur-baurkan (yang halal dan yang batil),
dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan. (QS. Al-Fajr:
16 – 20).
4. Tidak amanat atas rizki yang Allah berikan
Membelanjakan harta untuk kemaksiatan atau tidak ada gunanya atau kepada orang yang tidak bisa
memegang amanat. Misalnya menuruti kemauan istri dan anak atau hawa nafsunya tanpa melihat
bermanfaat atau tidak. Karena itu, pemegang harta dan kekayaan hendaknya memperhatikan wasiat
Allah di dalam kitab-Nya,
Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta
(mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan.
Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkan kepada mereka
kata-kata yang baik. (QS. An-Nisa: 5).
Dan jika Allah melapangkan rizki kepada hamba-hamba-Nya, tentulah mereka akan melampaui
batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya
dengan ukuran. Sesungguhnya dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya
lagi Maha Melihat. (QS. Asy-Syura: 27).
5. Banyak kemaksiatan
Imam Al-Albani berkata, Maksiat adalah penyebab paceklik, kemiskinan, dan musibah. Lalu membawakan
hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
Tidaklah nampak perbuatan keji pada suatu kaum melainkan Allah akan menimpakan
kepada mereka kehancuran.2
6. Enggan menunaikan zakat
Orang yang enggan mengeluarkan zakat, Allah akan menumpakan atas negeri itu paceklik. Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Dan tidaklah suatu kaum enggan membayar zakat, melainkan Allah menahan hujan atas
mereka.3
2HR. Al-Hakim 2/126, Al-Baihaqi 3/346, Al-Bazzar 3299. Lihat Silsilah Ash-Shahihah 1/219.
3HR. Al-Hakim 2/126, Al-Baihaqi 3/346, Al-Bazzar 3299. Lihat Silsilah Ash-Shahihah 1/219.
3 Penyebab Datangnya Rizki
1. Beriman dan bertaqwa
Orang yang senantiasa beriman kepada Allah dengan menjalankan perintah-Nya yang wajib atau
sunnah dan meninggalkan larangan-Nya yang haram maupun yang makruh, akan mendapat rizki
yang cukup, sebagaimana janji Allah,
Jikalau seandainya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan
(ayat-ayat Kami) itu. Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al-
A’raf: 96).
Satu bukti konkrit, negara Saudi Arabia. Walaupun negara kecil, tetapi kaerna banyaknya ulama,
orang shalih, dan pemimpin yang melaksanakan hukum Allah, Allah memberi kekayaan yang cukup
untuk menghidupi rakyatnya. Lebih dari itu, kekayaannya dapat dirasakan oleh kaum muslimin
seluruh dunia, baik berupa bantuan masjid, lembaga pendidikan dan bantuan sosial lainnya. Bahkan
kekayaannya itu, mampu membiayai para penuntut ilmu di dalam negeri maupun dari luar negeri
dengan cuma-coma, bebas calo dan tangan haram.
2. Bertawakkal kepada Allah
Bertawakkal kepada Allah dengan berusaha yang halal adalah kunci datangnya rizki. Umar bin
Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata, Saya mendengar Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
Seandainya kamu benar-benar bertawakkal kepada Allah, tentu Allah akan memberi
rizki kepadamu sebagaimana Dia memberi rizki kepada burung, keluar pagi dlam keadaan
lapar, dan pulang sore hari dalam keadaaan kenyang.4
3. Berdo’a kepada Allah
Orang yang beriman tidak boleh hanya mengandalkan usahanya secara lahiriah. Hendaknya selalu
mengawali usahanya dengan memohon kepada Allah agar diberi rizki yang halal. Karena manusia
tugasnya mencari, sedangkan Allah-lah Sang Maha Pemberi. Nabi Ibrahim ‘alaihis salam berdo’a
kepada Allah untuk dirinya dan umatnya. Lihat surat Al-Baqarah: 126 dan surat Ibrahim: 37.5
4Shahih, HR. Ibnu Majah 4157, Ahmad 23. Lihat Takhrij Hadits Musykilatil Faqri, hal. 24.
5Inilah kedua ayat yang disebutkan (-red. vbaitullah.or.id)
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan
berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari
kemudian. Allah ber rman: “Dan kepada orang yang ka rpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian
Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali”. (QS. Al-Baqarah: 126).
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai
tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar
mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah
mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS. Ibrahim: 37).
4. Mensyukuri nikmat Allah
Apabila seseorang mendapatkan rizki yang halal, jangan sekali-kali mengatakan, “Ini karena saya
yang berbuat atau si fulan.” Hendaknya ia meyakini dan mengatakan, “Allah yang memberi rizki.”
Kemudian hendaknya mensyukurinya dengan meningkatkan ibadah. Insya Allah dengan prinsip ini,
Allah senantiasa memberi kemudahan dan tambahan rizki.
Dan (ingatlah juga), tatkala Rabb-mu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan manambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7).
5. Hijrah dari kemaksiatan
Orang yang hijrah dan meninggalkan kemaksiatan akan memperoleh rizki dari Allah, sebagaimana
disebutkan di dalam surat Al-Anfal ayat 74:
Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orangorang
yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang
muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh
ampunan dan rizki (nikmat) yang mulia.
6. Senantiasa menjalankan shalat
Orang yang menjalankan shalat sesuai syarat dan rukunnya akan mendapatkan rizki, sebagaimana
disebutkan di dalam surat Al-Anfal ayat 3 dan 4,
(Yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami
berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.
Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabb-nya dan ampunan
serta rizki (nikmat) yang mulia.
7. Meningkatkan iman dan amal shalih
Maka orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shalih, bagi mereka
ampunan dan rizki yang mulia. (QS. Al-Hajj: 50).
8. Membantu mencarikan pangan rakyat yang miskin
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam memimpin umat, selalu mendahulukan kebutuhan
umatnya daripada diri sendiri dan keluarganya. Terutama perhatian beliau kepada para fakir miskin,
janda dan anak yatim. Beliau mengatakan,
Sayalah yang lebih berhak mengurusi orang mukmin daripada dirinya sendiri. Bila ada
orang yang beriman meninggal dunia lalu dia punya hutang, sayalah yang membayarnya,
dan bila meninggalkan harta, maka untuk ahli warisnya.6
6HR. Bukhari 2/805; Ibnu Hibban 1/180, bersumber dari Abu Hurairah.
Prinsip beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam ini hendaknya diteladani para pemimpin dan orang
kaya. Karena Allah telah menitipkan kepada mereka amanat harta dan kekuasaan. Oleh sebab itu,
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di dalam kitab Siyaasatusy Syar’iyah mengatakan,
Negara menjadi baik bila pemimpinnya as-saja’ah dan al-karam, artinya pemberani
dan pemurah. Pemberani dibutuhkan untuk mematahkan musuh dan perusuh. Pemurah
dibutuhkan untuk menolong orang yang tertindas dan kaum buruh.7
Selanjutnya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepada kita umat Islam agar banyak berinfaq
dan monolong orang miskin, karena rizki datang dengan sebab menolong mereka. Mus’ab bin
Sa’d berkata,
Sa’d radhiyallahu ‘anhu memandang dirinya lebih mampu daripada yang lain, lalu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Tidaklah kamu mendapatkan kemenangan dan kelapangan rizki melainkan sebab
kamu menolong kawanmu yang miskin.8
Abu Darda’ berkata, Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Bantulah aku membantu kaum dhu’afa (orang-orang muskin) di kalangan kalian, karena
tidaklah engkau mendapatkan rizki dan kemenangan melainkan karena kamu tolong
mereka.9
4 Jalan Menuju Kecukupan
Untuk memperoleh kecukupan dan ketenangan jiwa pada saat dilanda kekurangan kebutuhan hidup,
lakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Bersabar atas ketentuan Allah
Maksudnya, kita umat Islam, tidak boleh mengeluh dan putus asa. Karena tidak mungkin kita
keluar dari ketentuan-Nya. Musibah ini bukan hanya menimpa diri kita saja, tetapi juga menimpa
para utusan sebelumnya, terutama Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Surga, padahal belum datang kepadamu
(cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa
malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan),
sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, “Bilakah darangnya
pertolongan Allah?” Ingatlah, seungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.
(QS. Al-Baqarah: 214).
7Siyasatusy Syar’iyah, bab “Cara Pemimpin Mengatur Ekonomi” hal. 85-87.
8HR. Bukhari 3/1061, Shahih Ibnu Hibban 11/85.
9HR. Tirmidzi 4/206. Imam Syaukani berkata, “Hadits yang serupa diriwayatkan oleh Imam Al-Hakim dengan sanad
yang shahih. Lihat Nailul Authar 8/103.
Orang yang bersabar akan mendapatkan pertolongan, sebagaimana rman Allah,
Bersabarlah, sesungguhnya Allah menolong orang-orang yang bersabar. (QS. Al-Anfal:
46).
2. Bersabar atas tindakan pemimpinnya
Sikap Ahlus Sunnah wal Jama’ah atau salafus shalih ketika melihat tindakan pemimpin yang dibenci,
bukanlah unjuk rasa, demonstrasi, apalagi melakukan perusakan, (akan) tetapi bersabar. Hudzaifah
ibnul Yaman berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dan akan dipimpin umat ini oleh
pemimpin, hati mereka adalah hati setan yang masuk ke dalam tubuh manusia.” Lalu
aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang harus aku perbuat jika aku menjumpainya?”
Beliau menjawab,
“Dengarkan dan taati pemimpin, walaupun dipukul punggungmu dan dirampas
hartamu. Dengarkan dan taatilah.”10
Mudah-mudah hadits ini dapat memadamkan emosi dan kemarahan jiwa kaum muslimin yang kurang
berkenan melihat tindakan pemimpinnya. Dengan bersabar, insya Allah masalah menjadi lebih
ringan dan akan ada jalan keluarnya.
3. Tetap istiqomah dan taqwa kepada Allah
(Allah ber rman -red. vbaitullah)
Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar.
Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangka. (QS. Ath-Thalaq: 2-
3).
4. Optimis dan yakin Allah tetap memberi rizki
Dari Abdullah bin Mas’ud (bahwasanya) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Sesungguhnya Jibril ‘alaihis salam meniupkan di dalam jiwaku, sesungguhnya salah
seorang dari kalian tidak akan mati hingga telah sempurna rizkinya. Maka takutlah kepada
Allah dan carilah rizki dengan cara yang baik.11
5. Tanamkan rasa qana’ah dan merasa cukup
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Sungguh beruntung orang Islam yang berserah diri dan merasa cukup dengan rizki yang ada dan
merasa puas atas pemeberian-Nya.12
10HR. Muslim 3/1476, Al-Mustadrak, Ash-Shahihah 4/547.
11Musnad Asy-Syihab 2/185, Al-Hakim 2/4, Ibnu Abi Hatim 2/1, Al-Hilyah 10/27. Hadits Shahih, lihat Takhrij
Hadits Musykilatil Faqri hal. 14 oleh Al-Albani.
12HR. Muslim 2/370 dari Abdullah bin Amr bin ‘Al-Ash, Ahmad 2/168, Sunan Al-Baihaqi 4/196, Syu’abul Iman
7/290, dan lainnya.
6. Hindarkan ambisi rakus dunia
Faktor utama hancurnya umat dan perusak pada zaman dahulu maupun sekarang adalah tamak dan
rakus kedudukan dan harta. Padahal kaya yang hakiki adalah kaya jiwa, mampu menghadapi semua
masalah. Hal ini tidak mungkin diperoleh kecuali bagi orang yang beriman dan berilmu dienul Islam.
Abu Hurairah berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Bukanlah kaya itu orang yang banyak harta, tetapi kaya itu kaya jiwa.13
7. Hindarkan pemborosan dan israf
Sebenarnya rizki yang Allah berikan kepada hamba-Nya sudah cukup untuk kepentingan primer
setiap harinya. Namun hawa nafsu tidaklah pernah berhenti menyuruh kita boros dan membeli
sesuatu yang tidak ada gunanya. Misalnya membeli TV, menghiasi dalam dan luar rumah yang
tidak berfaedah, makan enak yang bukan tuntutan perutnya, rekreasi (piknik), nonton hiburan dan
masih banyak lagi.
Dan makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-A’raf: 31)
Dengan menjauhi perkara ini, insya Allah rizki dari Allah cukup untuk menutup kebutuhan.
8. Hindarkan segala tindakan yang merusak badan dan keimanan
Misalnya merokok. Perokok adalah perusak badan dan ekonomi keluarga. Demikian juga judi dan
minuman yang memabukkan. Karena merokok tidaklah menghilangkan lapar dan haus, berbeda
dengan makan dan minum. Orang bisa ber kir, bila uang untuk membeli rokok dikumpulkan untuk
menafkahi keluarga, insya Allah lebih dari cukup dan manfaatnya jelas. Perhatikan peringatan
Allah,
Janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan. (QS. Al-Baqarah:
195).
Adapun yang merusak keimanan, seperti menggunakan harta untuk berziarah ke kuburan wali atau
tempat keramat. Inilah perusak kekayaan dan iman. Demikian juga membeli jimat untuk kekayaan
dan ketenangan. Ini adalah pekerjaan kyai tukang sihir mengeruk harta orang awam dan merusak
tauhid mereka.
9. Berusaha hidup hemat sesuai dengan rizki yang diterima
Kita hendaknya bisa membedakan antara kebutuhan perut dengan keinginan. Jangan sampai rizki
yang sudah cukup menjadi kurang karena mengikuti hawa nafsu.
Sebagai penutup, cermatilah rman Allah berikut:
13HR. Bukhari 6081, Muslim 1051.
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang
disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.
Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah
berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (QS.
Ath-Thalaq: 7).
semua lapisan masyarakat, terutama saudara kita yang berpenghasilan kecil. Mereka mengeluh dan bingung
mengatur perekonomian rumah tangganya. Naiknya harga bahan bakar jelas mempengaruhi harga
kebutuhan pokok.
Menyikapi peristiwa ini, sebagian orang tidak dapat menahan emosi dan kemarahannya. Di antara
mereka ada yang mengadakan demonstrasi, perusakan, ataupun kritik terhadap pemerintah. Tindakantindakan
ini tidaklah menyelesaikan perkara. Bahkan, boleh jadi memperumit dan menambah masalah.
Inilah penyakit jiwa. Apabila melihat sesuatu yang tidak disepakati oleh hawa nafsunya, muncul kelah
kesah sebagaimana rman Allah:
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ditimpa kesusahan,
ia berkeluh kesah. Dan apabila mendapat kebaikan, ia amat kikir. (QS. Al- Ma’arij: 19
- 21).
Kiranya tidak ada jalan keluar dari segala kesulitan dan kesempitan hidup melainkan kembali kepada
hukum Allah. Semoga penjelasan dibawah ini membantu memecahkan masalah.
1 Pemegang Kunci Rizki
Harus kita maklumi, semua peristiwa yang terjadi seperti kenaikan BBM ataupun yang akan terjadi, telah
ditentukan oleh Allah. Tidak mungkin kita akan luput dari takdir-Nya.
Katakanlah: Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah
bagi kami. (QS. At-Taubah: 51).
Kita harus yakin pula, sesulit apa pun kondisi kita, tetap saja Allah yang menanggung rizki hamba-Nya:
Dan tidak ada satu pun binatang melata di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya.
(QS. Hud: 6).
¤Dikutip dari hal. 7 – 12, pada majalah Al-Furqon edisi 03/V/1426H
Karena itu, kita tidak boleh khawatir tidak mendapatkan rizki. Allah Maha Kaya, senantiasa memberi
rizki hamba-Nya.
Dan Engkau beri rizki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas). (QS. Ali Imran:
27).
Kita dilarang bunuh diri, membunuh anak, atau membatasinya lantaran khawatir tidak mendapat rizki.
Allah ber rman,
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang akan memberi
rizki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah
suatu dosa besar. (QS. Al-Isra: 31).
Rizki, pada akhir zaman akan melimpah, walaupun banyak manusia mengeluh karena ganti harga. Dari
Abu Musa radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Manusia akan menjumpai waktu, yang saat itu ada seseorang yang menawarkan sedekahnya
berupa emas, namun tidaklah ia menjumpai orang yang mau menerimanya.1
Perlu dimaklumi, kekayaan bukanlah tolok ukur kebahagiaan. Sebaliknya, kemiskinan bukanlah tanda
kehancuran. Akan tetapi keduanya merupakan ujian.
Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada
golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami uji mereka
dengannya. Dan karunia Rabbmu lebih baik dan lebih kekal. (QS. Thaha: 131).
Prinsip ini harus kita pahami agar kita menyadari, kenikmatan dunia suatu saat dapat menjadi sebab
kehancuran manusia apabila tidak disertai iman. Tidak sedikit orang yang memiliki kedudukan dan kekayaan
dunia justru menjadi kehancuran karena sombong serta menjadi pelopor penindasan dan perbuatan
jahat. Lihatlah Raja Firaun dan orang ka r pada zaman dahulu dan sekarang. Bahkan anak mereka pun
ikut menjadi perusuh, pemabuk, penjudi, pezina, dan pencuri. Allah mengabadikan semboyan mereka
dalam Al-Quran:
Dan mereka berkata, Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (daripada kamu)
dan kami sekali-kali tidak akan diadzab. (QS. Saba’: 35).
2 Penghalang Rizki
Benar, kita harus mengimani takdir. Tetapi harus diketahui, musibah atau takdir yang jelek tidaklah
terjadi melainkan karena ulah manusia yang jelek.
Dan apa pun musibah yang menimpamu, itu disebabkan perbuatan tanganmu sendiri, dan
Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS. Asy-Syura: 30).
1HR. Bukhari 2/513, Muslim 2/700, Ibnu Hibban 15/173, Sunan Kubra 6/358, dan lainnya.
Adapun penghalang rizki Allah sebagai berikut:
1. Mengingkari nikmat Allah
Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya
aman lagi tentram, rizkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat,
tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan
kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka
perbuat. (QS. An-Nahl: 113).
2. Bakhil dan kikir
Perhatikan surat Al-Qalam ayat 17 – 33 berikut:
Sesungguhnya kami telah menguji mereka (musyrikin Makkah) sebagaimana kami telah
menguji pemilik-pemilik kebun. Ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguhsungguh
akan memetik (hasil)nya di pagi hari, dan mereka tidak menyisihkan (hak
fakir miskin). Lalu kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Rabbmu ketika
mereka sedang tidur.
Maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita. Lalu mereka panggil
memanggil di pagi hari, Pergilah di waktu pagi (ini) ke kebunmu jika kamu hendak
memetik buahnya. Maka pergilah mereka saling berbisik-bisik: Pada hari ini janganlah
ada seorang miskin pun masuk ke dalam kebunmu.
Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin)
padahal mereka (menolongnya). Tatkala mereka melihat kebun itu, mereka berkata,
Sesungguhnya kita benar-benar orang-orang yang sesat (jalan), bahkan kita dihalangi
(dari memperoleh hasilnya).
Berkatalah seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka, Bukankah aku telah
mengatakan kepadamu, hendaklah kamu bertasbih (kepada Rabbmu)? Mereka mengucapkan,
Maha Suci adalah orang-orang yang zhalim. Lalu sebagian mereka menghadapi
sebagian yang lain seraya cela-mencela. Mereka berkata,
Aduhai celakalah kita. Sesungguhnya kita orang-orang yang melampaui batas. Mudahmudahan
Rabb kita memberikan ganti kepada kita dengan (kebun) yang lebih daripada
itu. Sesungguhnya kita mengharapkan ampunan Rabb kita.
Seperti itulah adzab (dunia). Dan sesungguhnya adzab akhirat lebih besar, jika mereka
mengetahui.
Dijelaskan dalam ayat-ayat di atas, Allah menghancurkan tanaman pemilik kebun yang sengaja
menghalangi hak fakir miskin. Kami anjurkan pembaca sudi membaca tafsari ayat-ayat tersebut.
Mudah-mudahan menjadi obat-obat penyembuh penyakit bakhil (kikir).
3. Tidak mau membantu anak yatim dan orang miskin
Perhatikan keluhan orang yang mendapatkan rizki hanya sedikit. Allah dituduh menghinanya, padahal
merekalah yang menghina dirinya sendiri, karena tidak mengeluarkan sebagian harta yang
menjadi hak orang fakir dan miskin.
Adapun bila Rabbnya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata, “Rabbku
menghinakanku. Sekali-kali ktidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan
anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin, dan kamu
memakan harta pusaka dengan cara mencampur-baurkan (yang halal dan yang batil),
dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan. (QS. Al-Fajr:
16 – 20).
4. Tidak amanat atas rizki yang Allah berikan
Membelanjakan harta untuk kemaksiatan atau tidak ada gunanya atau kepada orang yang tidak bisa
memegang amanat. Misalnya menuruti kemauan istri dan anak atau hawa nafsunya tanpa melihat
bermanfaat atau tidak. Karena itu, pemegang harta dan kekayaan hendaknya memperhatikan wasiat
Allah di dalam kitab-Nya,
Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta
(mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan.
Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkan kepada mereka
kata-kata yang baik. (QS. An-Nisa: 5).
Dan jika Allah melapangkan rizki kepada hamba-hamba-Nya, tentulah mereka akan melampaui
batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya
dengan ukuran. Sesungguhnya dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya
lagi Maha Melihat. (QS. Asy-Syura: 27).
5. Banyak kemaksiatan
Imam Al-Albani berkata, Maksiat adalah penyebab paceklik, kemiskinan, dan musibah. Lalu membawakan
hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
Tidaklah nampak perbuatan keji pada suatu kaum melainkan Allah akan menimpakan
kepada mereka kehancuran.2
6. Enggan menunaikan zakat
Orang yang enggan mengeluarkan zakat, Allah akan menumpakan atas negeri itu paceklik. Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Dan tidaklah suatu kaum enggan membayar zakat, melainkan Allah menahan hujan atas
mereka.3
2HR. Al-Hakim 2/126, Al-Baihaqi 3/346, Al-Bazzar 3299. Lihat Silsilah Ash-Shahihah 1/219.
3HR. Al-Hakim 2/126, Al-Baihaqi 3/346, Al-Bazzar 3299. Lihat Silsilah Ash-Shahihah 1/219.
3 Penyebab Datangnya Rizki
1. Beriman dan bertaqwa
Orang yang senantiasa beriman kepada Allah dengan menjalankan perintah-Nya yang wajib atau
sunnah dan meninggalkan larangan-Nya yang haram maupun yang makruh, akan mendapat rizki
yang cukup, sebagaimana janji Allah,
Jikalau seandainya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan
(ayat-ayat Kami) itu. Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al-
A’raf: 96).
Satu bukti konkrit, negara Saudi Arabia. Walaupun negara kecil, tetapi kaerna banyaknya ulama,
orang shalih, dan pemimpin yang melaksanakan hukum Allah, Allah memberi kekayaan yang cukup
untuk menghidupi rakyatnya. Lebih dari itu, kekayaannya dapat dirasakan oleh kaum muslimin
seluruh dunia, baik berupa bantuan masjid, lembaga pendidikan dan bantuan sosial lainnya. Bahkan
kekayaannya itu, mampu membiayai para penuntut ilmu di dalam negeri maupun dari luar negeri
dengan cuma-coma, bebas calo dan tangan haram.
2. Bertawakkal kepada Allah
Bertawakkal kepada Allah dengan berusaha yang halal adalah kunci datangnya rizki. Umar bin
Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata, Saya mendengar Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
Seandainya kamu benar-benar bertawakkal kepada Allah, tentu Allah akan memberi
rizki kepadamu sebagaimana Dia memberi rizki kepada burung, keluar pagi dlam keadaan
lapar, dan pulang sore hari dalam keadaaan kenyang.4
3. Berdo’a kepada Allah
Orang yang beriman tidak boleh hanya mengandalkan usahanya secara lahiriah. Hendaknya selalu
mengawali usahanya dengan memohon kepada Allah agar diberi rizki yang halal. Karena manusia
tugasnya mencari, sedangkan Allah-lah Sang Maha Pemberi. Nabi Ibrahim ‘alaihis salam berdo’a
kepada Allah untuk dirinya dan umatnya. Lihat surat Al-Baqarah: 126 dan surat Ibrahim: 37.5
4Shahih, HR. Ibnu Majah 4157, Ahmad 23. Lihat Takhrij Hadits Musykilatil Faqri, hal. 24.
5Inilah kedua ayat yang disebutkan (-red. vbaitullah.or.id)
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan
berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari
kemudian. Allah ber rman: “Dan kepada orang yang ka rpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian
Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali”. (QS. Al-Baqarah: 126).
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai
tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar
mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah
mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS. Ibrahim: 37).
4. Mensyukuri nikmat Allah
Apabila seseorang mendapatkan rizki yang halal, jangan sekali-kali mengatakan, “Ini karena saya
yang berbuat atau si fulan.” Hendaknya ia meyakini dan mengatakan, “Allah yang memberi rizki.”
Kemudian hendaknya mensyukurinya dengan meningkatkan ibadah. Insya Allah dengan prinsip ini,
Allah senantiasa memberi kemudahan dan tambahan rizki.
Dan (ingatlah juga), tatkala Rabb-mu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan manambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7).
5. Hijrah dari kemaksiatan
Orang yang hijrah dan meninggalkan kemaksiatan akan memperoleh rizki dari Allah, sebagaimana
disebutkan di dalam surat Al-Anfal ayat 74:
Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orangorang
yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang
muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh
ampunan dan rizki (nikmat) yang mulia.
6. Senantiasa menjalankan shalat
Orang yang menjalankan shalat sesuai syarat dan rukunnya akan mendapatkan rizki, sebagaimana
disebutkan di dalam surat Al-Anfal ayat 3 dan 4,
(Yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami
berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.
Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabb-nya dan ampunan
serta rizki (nikmat) yang mulia.
7. Meningkatkan iman dan amal shalih
Maka orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shalih, bagi mereka
ampunan dan rizki yang mulia. (QS. Al-Hajj: 50).
8. Membantu mencarikan pangan rakyat yang miskin
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam memimpin umat, selalu mendahulukan kebutuhan
umatnya daripada diri sendiri dan keluarganya. Terutama perhatian beliau kepada para fakir miskin,
janda dan anak yatim. Beliau mengatakan,
Sayalah yang lebih berhak mengurusi orang mukmin daripada dirinya sendiri. Bila ada
orang yang beriman meninggal dunia lalu dia punya hutang, sayalah yang membayarnya,
dan bila meninggalkan harta, maka untuk ahli warisnya.6
6HR. Bukhari 2/805; Ibnu Hibban 1/180, bersumber dari Abu Hurairah.
Prinsip beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam ini hendaknya diteladani para pemimpin dan orang
kaya. Karena Allah telah menitipkan kepada mereka amanat harta dan kekuasaan. Oleh sebab itu,
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di dalam kitab Siyaasatusy Syar’iyah mengatakan,
Negara menjadi baik bila pemimpinnya as-saja’ah dan al-karam, artinya pemberani
dan pemurah. Pemberani dibutuhkan untuk mematahkan musuh dan perusuh. Pemurah
dibutuhkan untuk menolong orang yang tertindas dan kaum buruh.7
Selanjutnya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepada kita umat Islam agar banyak berinfaq
dan monolong orang miskin, karena rizki datang dengan sebab menolong mereka. Mus’ab bin
Sa’d berkata,
Sa’d radhiyallahu ‘anhu memandang dirinya lebih mampu daripada yang lain, lalu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Tidaklah kamu mendapatkan kemenangan dan kelapangan rizki melainkan sebab
kamu menolong kawanmu yang miskin.8
Abu Darda’ berkata, Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Bantulah aku membantu kaum dhu’afa (orang-orang muskin) di kalangan kalian, karena
tidaklah engkau mendapatkan rizki dan kemenangan melainkan karena kamu tolong
mereka.9
4 Jalan Menuju Kecukupan
Untuk memperoleh kecukupan dan ketenangan jiwa pada saat dilanda kekurangan kebutuhan hidup,
lakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Bersabar atas ketentuan Allah
Maksudnya, kita umat Islam, tidak boleh mengeluh dan putus asa. Karena tidak mungkin kita
keluar dari ketentuan-Nya. Musibah ini bukan hanya menimpa diri kita saja, tetapi juga menimpa
para utusan sebelumnya, terutama Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Surga, padahal belum datang kepadamu
(cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa
malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan),
sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, “Bilakah darangnya
pertolongan Allah?” Ingatlah, seungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.
(QS. Al-Baqarah: 214).
7Siyasatusy Syar’iyah, bab “Cara Pemimpin Mengatur Ekonomi” hal. 85-87.
8HR. Bukhari 3/1061, Shahih Ibnu Hibban 11/85.
9HR. Tirmidzi 4/206. Imam Syaukani berkata, “Hadits yang serupa diriwayatkan oleh Imam Al-Hakim dengan sanad
yang shahih. Lihat Nailul Authar 8/103.
Orang yang bersabar akan mendapatkan pertolongan, sebagaimana rman Allah,
Bersabarlah, sesungguhnya Allah menolong orang-orang yang bersabar. (QS. Al-Anfal:
46).
2. Bersabar atas tindakan pemimpinnya
Sikap Ahlus Sunnah wal Jama’ah atau salafus shalih ketika melihat tindakan pemimpin yang dibenci,
bukanlah unjuk rasa, demonstrasi, apalagi melakukan perusakan, (akan) tetapi bersabar. Hudzaifah
ibnul Yaman berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dan akan dipimpin umat ini oleh
pemimpin, hati mereka adalah hati setan yang masuk ke dalam tubuh manusia.” Lalu
aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang harus aku perbuat jika aku menjumpainya?”
Beliau menjawab,
“Dengarkan dan taati pemimpin, walaupun dipukul punggungmu dan dirampas
hartamu. Dengarkan dan taatilah.”10
Mudah-mudah hadits ini dapat memadamkan emosi dan kemarahan jiwa kaum muslimin yang kurang
berkenan melihat tindakan pemimpinnya. Dengan bersabar, insya Allah masalah menjadi lebih
ringan dan akan ada jalan keluarnya.
3. Tetap istiqomah dan taqwa kepada Allah
(Allah ber rman -red. vbaitullah)
Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar.
Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangka. (QS. Ath-Thalaq: 2-
3).
4. Optimis dan yakin Allah tetap memberi rizki
Dari Abdullah bin Mas’ud (bahwasanya) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Sesungguhnya Jibril ‘alaihis salam meniupkan di dalam jiwaku, sesungguhnya salah
seorang dari kalian tidak akan mati hingga telah sempurna rizkinya. Maka takutlah kepada
Allah dan carilah rizki dengan cara yang baik.11
5. Tanamkan rasa qana’ah dan merasa cukup
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Sungguh beruntung orang Islam yang berserah diri dan merasa cukup dengan rizki yang ada dan
merasa puas atas pemeberian-Nya.12
10HR. Muslim 3/1476, Al-Mustadrak, Ash-Shahihah 4/547.
11Musnad Asy-Syihab 2/185, Al-Hakim 2/4, Ibnu Abi Hatim 2/1, Al-Hilyah 10/27. Hadits Shahih, lihat Takhrij
Hadits Musykilatil Faqri hal. 14 oleh Al-Albani.
12HR. Muslim 2/370 dari Abdullah bin Amr bin ‘Al-Ash, Ahmad 2/168, Sunan Al-Baihaqi 4/196, Syu’abul Iman
7/290, dan lainnya.
6. Hindarkan ambisi rakus dunia
Faktor utama hancurnya umat dan perusak pada zaman dahulu maupun sekarang adalah tamak dan
rakus kedudukan dan harta. Padahal kaya yang hakiki adalah kaya jiwa, mampu menghadapi semua
masalah. Hal ini tidak mungkin diperoleh kecuali bagi orang yang beriman dan berilmu dienul Islam.
Abu Hurairah berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Bukanlah kaya itu orang yang banyak harta, tetapi kaya itu kaya jiwa.13
7. Hindarkan pemborosan dan israf
Sebenarnya rizki yang Allah berikan kepada hamba-Nya sudah cukup untuk kepentingan primer
setiap harinya. Namun hawa nafsu tidaklah pernah berhenti menyuruh kita boros dan membeli
sesuatu yang tidak ada gunanya. Misalnya membeli TV, menghiasi dalam dan luar rumah yang
tidak berfaedah, makan enak yang bukan tuntutan perutnya, rekreasi (piknik), nonton hiburan dan
masih banyak lagi.
Dan makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-A’raf: 31)
Dengan menjauhi perkara ini, insya Allah rizki dari Allah cukup untuk menutup kebutuhan.
8. Hindarkan segala tindakan yang merusak badan dan keimanan
Misalnya merokok. Perokok adalah perusak badan dan ekonomi keluarga. Demikian juga judi dan
minuman yang memabukkan. Karena merokok tidaklah menghilangkan lapar dan haus, berbeda
dengan makan dan minum. Orang bisa ber kir, bila uang untuk membeli rokok dikumpulkan untuk
menafkahi keluarga, insya Allah lebih dari cukup dan manfaatnya jelas. Perhatikan peringatan
Allah,
Janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan. (QS. Al-Baqarah:
195).
Adapun yang merusak keimanan, seperti menggunakan harta untuk berziarah ke kuburan wali atau
tempat keramat. Inilah perusak kekayaan dan iman. Demikian juga membeli jimat untuk kekayaan
dan ketenangan. Ini adalah pekerjaan kyai tukang sihir mengeruk harta orang awam dan merusak
tauhid mereka.
9. Berusaha hidup hemat sesuai dengan rizki yang diterima
Kita hendaknya bisa membedakan antara kebutuhan perut dengan keinginan. Jangan sampai rizki
yang sudah cukup menjadi kurang karena mengikuti hawa nafsu.
Sebagai penutup, cermatilah rman Allah berikut:
13HR. Bukhari 6081, Muslim 1051.
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang
disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.
Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah
berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (QS.
Ath-Thalaq: 7).