Minggu, 17 Juni 2012

Pendidikan Asingkan Budaya Bernalar

Oleh Iwan Pranoto

Dalam pembangunan republik ini, sejak 1970-an pendidikan kerap dianggap kemewahan, bukan kebutuhan. Penyediaan pendidikan bermutu dinomorduakan dibanding penguatan ekonomi. Kebijakan seperti ini berbahaya.

Budaya pendidikan dunia memodelkan pembangunan berdasarkan intelektualitas. Karena sumber daya alam terbatas serta jagat semesta rentan terhadap gangguan, pembangunan berkelanjutan perlu berpusat pada intelektualitas. Implikasi dari model ini, masyarakat belajar serta budaya belajarnya yang tumbuh mengakar jadi penggerak utama pembangunan setiap negara.

Suka atau tidak, pendidikan merupakan lokomotif terdepan pembangunan. Kesejahteraan bangsa serta kekokohan ekonomi bergantung mutlak pada pendidikan. Ekonomi kokoh dapat dicapai jika pendidikan kuat.

Penerapan model ini butuh prasyarat: tujuan pendidikan negara harus dirumuskan dengan akurat. Kecakapan yang diperkirakan dibutuhkan di masa depan harus dikenali dan dianalisis. Dari sana kemudian dibuat standar pendidikan. Oleh karena itu, pertanyaan utama dan pertama yang mutlak dikaji pemimpin negara adalah: ”Kecakapan strategis apa yang perlu dibelajarkan?”

Kecakapan abad ke-21

Di pengujung abad ke-20, dua peneliti—Richard J Murnane (Harvard Kennedy School) dan Frank Levy (MIT)—melakukan riset bersama guna menjawab pertanyaan di atas. Murnane (pakar kebijakan pendidikan) dan Levy (pakar ekonomi urban) mengkaji kecenderungan jenis kecakapan yang kian dibutuhkan dan tak dibutuhkan dunia kerja.

Berdasarkan data tahun 1969-1998, mereka mengungkapkan bahwa kecakapan memecahkan masalah tak rutin dan kecakapan berkomunikasi kompleks semakin dibutuhkan. Pada saat komputer serta teknologi informasi semakin berdaya, banyak masalah rutin dapat dipecahkan oleh mesin. Sebaliknya, manusia justru semakin dibutuhkan pada pemecahan masalah tidak rutin. Kecakapan kedua yang juga semakin dibutuhkan adalah kecakapan berkomunikasi kompleks, seperti kecakapan seorang manajer dalam memotivasi stafnya.

Hal yang paling drastis menurun kebutuhannya adalah kecakapan kognitif rutin. Kecakapan seperti menghafal serta kecakapan berpikir tingkat rendah semakin tak diperlukan.

Berdasar penelitian itu, Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) merumuskan Programme for International Student Assessment (PISA) guna menjawab pertanyaan: ”Seberapa siap pelajar di dunia di akhir masa wajib sekolahnya, yakni umur 15, untuk menguasai kecakapan abad ke-21?”

Untuk Indonesia, hasilnya memang buruk. Ini dapat dibaca di situs OECD. Mengapa pelajar kita begitu buruk pencapaiannya di PISA? Kita pasti sepakat anak-anak kita tidak bodoh. Lalu, mengapa hasilnya buruk?

Jawabnya sederhana. Anak- anak kita telah ditunjukkan arah belajar kecakapan yang salah. Analoginya, anak-anak kita seperti dibekali kompas yang rusak untuk berpetualang. Mereka dibuat fokus mengejar kecakapan kedaluwarsa, seperti kognitif rutin itu. Sebaliknya, anak-anak kita sangat jarang diberi kesempatan mengembangkan kecakapan abad ke-21, seperti bernalar tingkat tinggi.

Insentif bagi pelajar yang berhasil mengembangkan kecakapan modern tersebut justru nyaris tak terdengar. Bukan maksud tulisan ini mengatakan bernalar tingkat rendah tak diperlukan lagi, tapi harus ada keseimbangan antara kecakapan bernalar tingkat rendah dan tingkat tinggi.

Sampai kini sangat sulit meyakini adanya upaya serius dan sistematis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam menindaklanjuti hasil PISA guna meningkatkan pencapaian dua kecakapan tadi. Rangkaian kebijakan pendidikan nasional yang dicanangkan justru kerap bertolak belakang dengan upaya penguasaan dua kecakapan itu.

Budaya belajar

Kecemasan sebagai motivasi atau pemaksa belajar tentu sangat bertentangan dengan upaya mewujudkan masyarakat belajar yang sepatutnya senang belajar dan menghargai proses bernalar. Penggunaan kecemasan sebagai motivator belajar juga bertentangan dengan teori belajar, yang meletakkan motivasi intrinsik sebagai prinsip utama dalam proses belajar untuk memahami.

Kesukacitaan belajar dan penghargaan pada proses bernalar adalah jiwa masyarakat belajar. Sebagai tambahan, pemanfaatan informasi di masa ini jauh lebih bernilai dibandingkan nilai informasinya sendiri. Masalah penyimpanan dan sistem pencarian informasi sudah dipecahkan oleh Google. Sungguh absurd jika pelajar kita justru difokuskan mengejar kecakapan yang sudah dapat dikerjakan mesin.

Ironisnya, praktik pendidikan di republik ini justru berpusat pada kecakapan seperti mesin itu. Proses bernalar dengan sengaja diasingkan dari pendidikan. Dalam pembelajaran matematika, khususnya, bukannya bernalar tingkat tinggi yang dibelajarkan di ruang kelas, melainkan justru kecakapan kedaluwarsa, seperti berhitung cepat dan menghafal rumus tanpa makna.

Alasan klise bahwa para guru kita tak mampu membelajarkan kecakapan bernalar mungkin saja ada benarnya, tetapi jika guru mampu pun, mereka tidak akan membelajarkan kecakapan bernalar tingkat tinggi. Mengapa? Salah satunya karena model dan sistem ujian nasioanl (UN) kita.

Sistem UN yang dominan pada kecakapan menghafal informasi semata ini jadi alasan sahih mengapa para pelajar kita, juga gurunya, menghindari proses bernalar tingkat tinggi. Siswa dan guru akan bertanya: mengapa perlu memahami bagaimana membuktikan Dalil Pitagoras, jika UN tak pernah mengujinya. Yang dituntut di UN toh sekadar bagaimana memasukkan angka- angka ke rumus a2+b2>c2'>.

Akibatnya, siswa menjadi sangat lemah dalam pemahaman matematikanya serta kecakapan bernalarnya. Jika pengasingan budaya bernalar melalui UN bermutu buruk ini dilanjutkan, bangsa kita sangat mungkin akan kesulitan melibatkan diri dalam pembangunan dunia di masa depan. Dampaknya, ekonomi kita pun akan hancur.

Untuk menyuburkan kembali budaya bernalar, perlu gerakan penyadaran bersama tentang pentingnya bernalar pada era sekarang. Perguruan tinggi di seluruh daerah dapat menciptakan forum semacam ”Akademi Sabtu”, tempat guru bersama akademisi menyegarkan budaya bernalar serta meningkatkan kemampuan guru membelajarkan kecakapan bernalar.

Sebelum melanjutkan penggunaan UN untuk kelulusan, Kemdikbud harus membenahi hal berikut. Standar isi dibenahi dengan tujuan menyiapkan pelajar menguasai kecakapan modern. Lembaga pendidikan guru perlu menekankan penguasaan konsep dan teori belajar, bukan administrasi mengajar.

Sistem UN Matematika perlu dirombak agar mampu mengukur kecakapan bernalar tingkat tinggi. Misalnya, dengan menambahkan daftar rumus yang dibutuhkan dan dilekatkan pada berkas ujian. Hal seperti ini diterapkan pada berbagai tes profesional. Konsekuensinya, UN akan melibatkan tuntutan yang lebih bermakna ketimbang sekadar ”tahu” atau ”ingat” rumus. Yang juga sangat penting, berbagai pernyataan Kemdikbud harus mengirimkan pesan pentingnya budaya bernalar dan belajar.

Iwan Pranoto Guru Besar ITB
http://edukasi.kompas.com/read/2012/06/16/07365122/Pendidikan.Asingkan.Budaya.Bernalar

Rabu, 13 Juni 2012

Bupati Diminta Tak Lupakan Janji Saat Kampanye

TUBAN (jurnalberita.com) – Saat pelantikan H.Fathul Huda dan Ir. Noor Nahar Husein sebagai Bupati dan Wakil Bupati Tuban periode 2011 – 2016 oleh gubernur Jawa Timur Soekarwo, di tempat berbeda aktifis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Tuban menggelar aksi demo.
Belasan aktifis PMII Tuban melakukan long march menuju kantor Bupati Tuban di Jalan Kartini. Namun, upaya mereka terhenti di perempatan Jalan KH. Mustain karena terhadang aparat yang bersiaga mengamankan jalannya acara pelantikan.
Tak mampu menembus hadangan aparat, mereka melakukan aksi teaterikal seolah menggambarkan, Bupati yang baru dilantik mengusir dan memukuli investor gelap yang selama ini, menurut pandangan para aktifis, bebas menjalankan aktifitasnya di Kabupaten Tuban dan merugikan masyarakat.
M. Soim, koordinator PMII Tuban dengan tegas meminta agar Bupati yang baru saja dlantik, H Fathul Huda, untuk menyingkirkan investor gelap di Tuban. “Saya meminta pada Pak Huda, setelah dilantik jadi Bupati Tuban, harus berani membersihkan para investor gelap yang ada di Tuban,” katanya dalam orasi.
Tak hanya itu, Soim juga berharap agar pemerntahan yang baru harus memliki onsep pemerintahan yang baru dan lebih baik serta lebih berpihak pada rakyat, sehingga kesejahteraan yang selama ini dinanti rakyat Tuban dapat segera terwujud. “Rakyat berharap, agar Bupati dan Wakil Bupati yang baru tidak lupa dengan janji-janjinya saat kampanye lalu,” ujarnya. (jbc3/jbc2)
Sumber : Jurnal berita

Marzuki Alie di Demo PMII YDA

Aktifis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Tuban, menggelar aksi menolak kedatangan Marzuki Alie, Ketua DPR RI, yang datang menghadiri prosesi wisuda di Universitas Ronggolawe (Unirow) Tuban, Sabtu (8/10/11).
Dalam aksinya, mereka menuntut Marzuki Alie mundur dari jabatannya karena dianggap tidak becus dalam menyelesaikan tugasnya sebagai pejabat publik.
“Kami menolak Marzuki Alie datang di Bumi Ronggolawe ini, karena sebagai pejabat publik dia bukanlah figur yang bisa menyelesaikan kasus besar di negara ini, seperti kasus korupsi,” ujar Aminul Khosi’, Korlap aksi PMII Tuban.
Ditambahkan Khosi’, selama Marzuki Alie sebagai Ketua DPR RI, banyak pejabat dari Partai Demokrat yang kesandung kasus korupsi, tetapi sampai sekarang mereka masih aman.
“Sebagai Ketua DPR RI, justru dia telah merusak moral bangsa dengan menyuruh pimpinan KPK melakukan sumpah pocong, Dia harus mundur dari jabatannya,” jelasnya pada wartawan.
Aksi sejumlah aktifis gagal menerobos hadangan aparat kepolisian yang sebelumnya sudah menyiapkan blokade agar mereka tidak dapat mendekati lokasi acara sebelum rombongan Marzuki Alie tiba di kampus Unirow.
Tak puas dengan aksinya karena dihadang petugas, mereka kemudian memasangan spanduk yang bertuliskan “tolak Marzuki Alie dan harus mundur dari jabatannya” tepat dibawah spanduk ucapan selamat datang Marzuki Alie, yang di pasang panitia wisuda di depan gerbang kampus.
Aksi dorong antara aktifis dan petugas sempat terjadi saat Marzuki Alie meninggalkan Kampus Unirow seusai acara wisuda. Namun, ketatnya pengamanan membuat para aktifis tak dapat mendekati rombongan yang keluar dari dalam kampus. Mereka akhirnya membubarkan diri dengan tertib.
Sementara, beberapa wartawan yang hendak meliput kegiatan dan masuk ke kampus sempat dihalang-halangi petugas yang berjaga di depan kampus. Meski sempat akan adu mulut namun hal itu tidak berlangsung lama setelah petugas memperbolehkan wartawan masuk ke lokasi acara. (jbc11)

Pengobatan Kesehatan Malah Bikin Perusak Kesehatan

TUBAN (jurnalberita.com) – Pembakaran limbah medis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Koesma Tuban, dikeluhkan warga sekitar. Khususnya warga Kelurahan Sidorejo tepatnya RT 01 RW 03 dan TR 2 yang berada di sekitar rumah sakit tersebut.
Dari sejumlah informasi yang dihimpun jurnalberita.com, cerobong dengan ketinggian sekitar 7 meter  yang dibuat untuk mengeluarkan asap pembakaran limbah medis seperti bekas infus dan bekas limbah medis perawatan orang sakit tersebut dinilai warga kurang tinggi, sehingga asap limbah menyebar ke rumah-rumah warga.
Salah satu warga sekitar rumah sakit, Mihrojul Huda saat ditemui jurnalberita.com, Rabu (13/6/12) mengatakan, bahwa setiap hari warga sekitar pasti mencium bau tak sedap pembakaran limbah medis rumah sakit tersebut.
“Setiap hari pasti ada pembakaran limbah mas. Kalau asapnya sudah keluar dari cerobong yang tingginya hanya sekitar 7 meter itu, pasti bau yang menyengat dan mengganggu pernafasan langsung masuk ke rumah warga sekitar RS,” ujar Mihrojul Huda.
Kondisi seperti itu dirasakan warga setiap hari, bahkan warga juga menilai limbah tersebut berbahaya bagi kesehatan warga, karena limbah itu merupakan limbah medis bekas orang orang sakit.
Saat dihubungi jurnalberita.com via telepon, menanggapi keluhan warga sekitar RSUD, Musa selaku Wakil Ketua Komisi C DPRD Tuban tersebut akan segera melakukan peninjauan. “Secepatnya kita akan tinjau ke lokasi tersebut, sehingga kita dapat melihat secara pasti,” ujar Musa.
Yetti, salah seorang staf RSUD Dr. Koesma Tuban, saat ditemui jurnalberita.com menyatakan, pihak RSUD sudah mengupayakan agar pembakaran limbah medis tersebut hanya dilakukan pada jam-jam tertentu, yaitu tengah malam. Sehingga tidak mengganggu warga sekitar.
“Saat ini kita hanya bisa mengupayakan pembakaran limbah medis dimalam hari mas, untuk selanjutnya akan kita rapatkan bersama,” pungkas Yetti. (jbc18/jbc1)

Tags: , , , , , , , ,

MANAJEMEN AKSI Pengorganisiran dan Mobilisasi Massa

MANAJEMEN AKSI Pengorganisiran dan Mobilisasi Massa

Berdasarkan Situasi Nasional
  • Mengorganisir, memobilisasi, menggerakan dan memimpin perlawanan mereka (baik dalam satu isu khusus/lokal :kampung, pabrik, desa, kampus hingga isu umum sektoral bahkan isu umum yang lintas sektor).
  • Membentuk wadah-wadah perlawanan massa permanent.Wadah-wadah permanen ini bila berhasil dijaga dan terus diperbesar akan menjadi kekuatan pelopor kita untuk menggerakan massa secara lebih besar lagi.
  • Mempercepat pengkaderan (rekruitment).
Ketiga proses diatas dilakukan secara bersamaan. Sambil kita mengagitasi dan membuat struktur perlawanan.
Prinsip pengorganisiran :
I. Agitasi/Propaganda/Kampanye.
Keberhasilan sebuah aksi yang besar dan direncanakan akan sangat tergantung (apalagi bagi organisasi yang masih kecil) dari keberhasilan kerja-kerja agitasi/propaganda/kampanye yang didasarkan pada tuntutan umum massa yang tidak mau dipenuhi oleh pemerintah (lain halnya dengan aksi massa besar yang spontan akibat ledakan, yang tidak mungkin diperkirakan). Keberhasilan dari kerja-kerja ini terlihat dari:
· Terbangunya atmosfir isu-isu atau tuntutan-tuntutan yang dipropagandakan.
· Kesiapan (dukungan) massa secara luas untuk terlibat dalam rencana aksi (termasuk menarik aliansi/sekutu/kelompok).
· Kesiapan subjektif organisasi memimpin aksi ini.
· Reaksi pemerintah.
· (Bila aksinya terbuka) maka tanggal aksi (serta tempat aksi) juga menjadi popular di massa.
Semua alat-alat propaganda harus selalu dihubungkan dengan perluasaan propaganda isu yang kita pergunakan untuk aksi. Jadi setelah disepakati isunya, maka semua terbitan, poster, statement, diskusi, seminar, selebaran, grafity action (corat-coret) harus dihubungkan dengan hal diatas.

II. Pengorganisiran

Kerja-kerja propaganda dan agitasi harus juga sejalan dengan pengorganisiran massa guna persiapan aksi tersebut. Artinya seluruh pengorganisiran massa harus dipergunakan “nantinya” untuk kekuatan aksi yang kita selenggarakan.
Secara umum “organiser”aksi ini harus terwujud secara massal. Dari mulai mengkonsolidasikan basis kita yang sudah terorganiser hingga perluasaanya. Ini harus menjadi tugas pekerjaan/pengorganisiran bukan saja bagi kader melainkan setiap massa yang terlibat aktif dalam rencana aksi. Sejak awal pengorganisiran harus terbangun jaringan agen/koordinator pengorganisiran (yang akan diperbaiki dalam setiap perkembangan pengorganisiran). Secara ekstrem dapat dikatakan “setiap hari” harus ada tambahan jumlah massa yang bisa diajak aktif untuk acara ini (menjadi organiser). “Setiap hari” harus ada tambahan kontak baru yang mau mengkonsolidasikan tempatnya (tempat tinggal/kerja) untuk diajak ikut rencana aksi ini. “Setiap hari” harus ada kontak perluasaan daerah basis yang bisa diajak dan aktif membangun kekuatan dibasis daerahnya.
· Jumlah basis (yang diorganisir dan perluasan/kontak), semua laporan perkota dan basis diatas)dilaporkan kembali.
· Laporan kekuatan massa pelopor untuk memimpin/mendorong massa dalam kota/basis terlibat dalam aksi.
· Laporan distribusi selebaran, poster dan corat-coret dan distribusinya.
· Kesimpulan dari respon/tanggapan/usulan massa di seluruh basis yang diorganisir dan massa umum kaum buruh maupun non buruh.
· Respon penguasa, penduduk setempat, aparat dan pemerintah.
· Evaluasi pengorganisiran
· Evaluasi struktur koordinator/agen/mobilisasi hingga perubahannya.
· Rencana kedepan (hingga pertemuan wilayah).
Rapat Umum (semua koordinator dari seluruh tingkatan)
Menjelang hari H akan ada pertemuan besar (seluruh koordinator hingga koordinator terkecil untuk mencek kesiapan massa).
Taktik Strategi Atas :
Pada saat ini sangat mungkin untuk mempergunakan strategi atas untuk mendukung dan memaksimalkan kerja-kerja dibawah. Yang dimaksud strategi atas disini bukan saja persoalan kampanye (seperti dalam bentuk seminar terbuka) melainkan melakukan seruan aksi nasional terbuka jauh-jauh hari. Kita tidak akan melakukan ini jika tidak terlihat kesiapan hasil kerja kawan-kawan di pengorganisiran. Setelah dilihat kesiapan untuk melakukan mobilisasi umum nasional/wilayah, maka pimpinan pusat/wilayah akan mengeluarkan seruan terbuka tentang aksi itu. Ini dilakukan juga paling cepat satu bulan sebelum aksi dilakukan. Setelah ini harus dilakukan dukungan dari daerah-daerah baik berupa konferensi pers maupun aksi agar terlihat kebesaran dari rencana aksi nasional. Dukungan juga harus datang dari organisasi lain : Mahasiswa, LBH, LSM hingga partai-partai dan tokoh-tokoh. Adanya tanggapan dari pemerintah biasanya akan justru mendorong kampanye kita (memperluas atmosfir agitasi propaganda kita). Kerja-kerja pengorganisiran di bawah dapat lebih terdorong lagi. Walaupun kemungkinan represif dan kontra aksi akan dilakukan aparat keamanan, pengusaha dan pemerintah.
Lain-Lain : Seminar, talk show dll.

Aliansi/Front

Kesiapan kita untuk melakukan mobilisasi massa umum harus dilakukan sesuai dengan target kita. Cara-cara yang dipergunakan dalam aliansi/front harus diusahakan semua tuntutan, program dan taktik kita dapat diterima. Melihat watak kelompok-kelompok massa yang ada. Aliansi/front akan sangat mungkin terbentuk/terdorong jika kita berhasil melakukan pra kondisi. Dengan cara mempelopori pra kondisi kita juga dapat memimpin.
Aksi Pra Kondisi :
Aksi pra kondisi yang dilakukan dimaksudkan untuk melihat tingkat konsolidasi dan persiapan massa sebelum aksi. Aksi yang terpenting adalah aksi rally, demo, rapat akbar di satu kawasan/kota. Jadi aksinya di basis massa. Ini dimaksudkan untuk memaksimalkan kerja propaganda dan mencek tingkat dukungan massa dan latihan bagi mobilisasi pada hari H nantinya. Sebelum aksi ini dilakukan terlebih dahulu dilakukan kampanye baik dalam strategi bawah (pengorganisiran, selebaran) maupun strategi atas : Konferensi pers atau kalau perlu ada aksi awal dengan mengadakan aksi mendatangi DPR, Depnaker dll.
Catatan tentang front : Bila front berhasil terbentuk maka kegiatan yang dilakukan dapat dilakukan atas nama front termasuk siapa yang menyerukan aksi (nasional) dan dukungan daerah. Tetapi yang harus diingat kita tetap harus menjalankan program kita dan independen terhadap taktik kita bila front tidak menyetujui ini menjadi keputusan mengikat.
Seluruh kerja diatas harus dapat dikontrol secara penuh oleh partai. Kontrol disini bukan saja dimaksudkan untuk menerima laporan kerja kawan-kawan melainkan juga memberikan arahan secara regular dan konsisten dan membantu pekerjaan ini secara sistematis. Semua kerja-kerja di pengorganisiran (pabrik, kota, wilayah) harus dilaporkan secara rutin hingga kepusat. Hingga jauh-jauh hari sebelum hari H sudah bisa dilihat kesiapan dan kemungkinan keberhasilan aksi tersebut.
Semua tindakan kerja-kerja pengorganisiran (dalam setiap pertemuan dan diskusi massa) dilakukan dalam satu gerak yang sama yaitu:
  • Agitasi dan propaganda : agitasi isu, propaganda untuk bersatu, tuntut ke pemerintah.
  • Kondisi basis (tempat kerja/tinggal) dan massa (untuk menetapkan taktik pengorganisiran) : jumlah massa, geopolitik basis, isu/tuntutan/persoalan basis.
  • Pertemuan berikut di basis-basis yang lebih kecil.
  • Pemilihan koordinator sementara.
  • Ada absensi.
  • Seruan untuk mengajak kontak dalam pertemuan massa berikut.
  • Kerjaan ini terus dilakukan berulang-ulang di setiap basis baru hingga menjelang hari H.
Catatan : Bila satu basis telah terkonsolidasi maka pertemuan-pertemuan massa di basis dapat dihentikan dan digantikan hanya dengan tugas penyebaran bacaan dan mencari kontak di tempat lain. Tetapi pertemuan seluruh koordinator dalam satu basis tetap dilakukan.
A. Pertemuan koordinator dibasis yang paling kecil: pabrik/kampung/desa/kampus :
Laporan (ditulis) :
  • Jumlah kumpulan (sesuai dengan struktur mobilisasi), berapa massa yang hadir dalam kumpulan (dari absensi). Dari kumpulan yang ada berapa % kemampuan untuk memobilisasi massa di basis tersebut.
  • Jumlah selebaran/poster yang didistribusikan dan corat-coret yang dilakukan.
  • Respon/tanggapan/usulan massa dan respon penguasa
  • Kontak massa lain yang ikut kumpulan.
  • Rencana pengorganisiran berikut/perluasan.
  • Evaluasi pengorganisran
  • Evaluasi struktur koordinator/agen/mobilisasi hingga perubahannya
  • Rencana ke depan (hingga pertemuan kota/wilayah terdekat).
  • Lain-lain
B. Pertemuan kota/wilayah (pertemuan koordinator-koordinator basis terkecil) :
Laporan Per kota (ditulis) :
· Geo-politik : jumlah massa, pengalaman revolusioner massa kota , peta geo-politik kota, lokasi kekuatan massa yang telah terorganisir, lokasi-lokasi basis strategi (sasaran pengorganisiran), kondisi masyarakat setempat, aparat, rute-rute jalan, transportasi dll.
· Jumlah basis (yang diorganisir dan perluasan/kontak): semua laporan basis terkecil dilaporkan kembali.
· Laporan kekuatan massa kepeloporan untuk memimpin/mendorong seluruh massa dalam satu “kota/lokasi” terlibat.
· Laporan distribusi selebaran, poster dan corat-coret dan distribusinya.
· Kesimpulan dari respon/tanggapan/usulan massa di seluruh basis yang diorganisir dan massa umum.
· Respon massa setempat dan aparat.
· Evaluasi pengorganisiran.
· Evaluasi struktur koordinator/agen/mobilisasi hingga perubahannya.
· Rencana ke depan (hingga pertemuan wilayah)
C. Pertemuan wilayah (pertemuan koordinator kota yang bisa diperluas melibatkan koordintor basis).
Laporan wilayah (ditulis) :
· Geo politik wilayah : jumlah massa, pengalaman revolusioner massa wilyah, peta geo-politik wilayah, lokasi kekuatan kota-kota yang di organisir, lokasi-lokasi kota strategis (sasaran pengorganisiran), kondisi masyarakat setempat, penguasa, aparat, rute-rute jalan, transportasi, dll.
· Jumlah kota yang menjadi basis.
I. Bentuk Agitasi
1. Agitasi-Propaganda tertulis
A. Agitasi dan propaganda terbuka/umum/massal.
Untuk aksi wilayah maka agitasi lewat poster biasanya sangat efektif untuk mensosialisasikan tuntutan-tuntutan kita, untuk membangkitkan atmosfir perlawanan disana. Apalagi ketika basis kita di wilayah tersebut masih lemah. Penempelan poster harus ditempelkan di tempat-tempat strategis yaitu tempat berkumpul massa.
B. Agitasi lewat selebaran.
Tanpa selebaran tidak mungkin ribuan, puluhan ribu massa dapat kita organisir. Karena tidak mungkin kita mengumpulkan ribuan massa dan membicarakan hal ini, disamping tidak aman juga tidak ada tempat. Selebaran ini sifatnya bukan saja sebagai alat untuk agitasi dan propaganda melainkan lewat selebaran ini struktur agen-agen mobilisasi dibentuk/dibangun. Lewat selebaran ini massa dapat digerakan secara TERORGANISIR, patuh dan disiplin terhadap seluruh keputusan taktik-taktik yang kita buat. Massa akhirnya bisa dipimpin lewat selebaran. Biasanya setelah selebaran kedua maka massa akan mengerti bahwa ia akan dipimpin oleh selebaran. Jadi pada dasarnya agen selebaran adalah juga agen mobilisasi sama dengan struktur mobilisasi kita. Selebaran juga berfungsi untuk keamanan rencana aksi. Lewat selebaran maka pertemuan-pertemuan massa dapat diperkecil. Hanya agen-agen misalnya.
Catatan : Selebaran tidak hanya dipergunakan pada pra aksi melainkan juga pada pasca aksi hari pertama atau untuk menggerakan aksi kembali, memperluas aksi dll.
Di tempat-tempat didistribusikannya selebaran atau poster penting untuk dikirimkan kawan ke lokasi ini. Tujuannya untuk menagitasi dan selanjutnya mendapatkan kontak untuk diorganisir.
2. Agitasi-Propaganda Oral

A. Agitasi dan Propaganda lewat pertemuan/kumpulan

Ini suatu tindakan yang penting adalah untuk meyakinkan massa dan mengaktifkan mereka dalam rencana kita. Karena biasanya ada persoalan-persoalan ataupun pertanyaan dari massa akan suatu hal yang tidak ia dimengerti. Artinya agitasi dan propaganda kita lewat selebaran harus juga dibarengi dengan agitasi-propaganda lewat pertemuan. Lewat pertemuan kita bisa menjelaskan tuntutan kita lebih panjang dan bisa diterima massa.

B. Agitasi dari rumah ke rumah

Agitasi –propaganda ini berfungsi untuk mengajak kontak untuk diyakinkan dan dapat ikut serta dalam pertemuan yang kita lakukan. Biasanya ini dipergunakan pada tahap awal pengorganisiran atau ketika ada perluasan ke basis lain dan sifatnya masih kontak.

II. Pembangunan Struktur Agen Mobilisasi

Struktur agen yang kita bentuk disesuaikan dengan struktur basis massa yang menjadi sasaran aksi . Karena ini aksi yang sifatnya mobilisasi umum maka struktur yang dibentuk juga bukan hanya struktur agen di basis lokal melainkan struktur agen berapa basisi/kota/wilayah. Misalnya dalam satu wilayah maka harus ada struktur antar kota satu dengan struktur kota lainnya. Sementara di kota tersebut juga ada struktur antar basis.
Pembangunan agen mobilisasi aksi wilayah sama dengan pembangunan agen dalam pengorganisiran aksi di satu basis (pabrik/kampung/desa). Bedanya adalah dalam setiap pertemuam basis, jika kita punya kontak massa basis lain, maka akan sangat baik kontak kita ini dapat diikut-sertakan, karena tuntutan kita adalah tuntutan umum seluruh massa. Ini dilakukan untuk mempercepat perluasan basis-basis massa yang akan menjadi pelopor untuk menggerakan satu wilayah. Bahkan pada prinsipnya seluruh massa di satu basis HARUS selalu diingatkan bila punya kontak di basis lain dapat diajak ikut. Setelah itu kontak ini ditugaskan untuk mengajak kawan-kawannya dan membuat kumpulan di basisnya sendiri dan mulai membangun struktur di basis tersebut. Untuk pemilihan terhadap siapa-siapa yang menjadi koordinator maka pemilihan harus diusahakan dipilih oleh massa sendiri. Karena masalah yang mengerti siapa yang terbaik dan paling berani, paling militan dan untuk melakukan ini. Dengan pemilihan ini maka koordinator ini akan menjadi pimpinan yang akan diakui/dipatuhi oleh mereka. Sambil membangun struktur di satu basis, juga harus dilakukan pembangunan/pertemuan antar basis dan antar titik-titik/konsentrasi basis kota yang menjadi sasaran. Walaupun struktur ini bisa saja bersifat sementara karena mungkin ada pergantian.
Catatan : Setiap koordinator harus mengetahui bagaimana menghubungi jajaran di bawahnya (koordinator dibawahnya). Artinya ia harus mengetahui tempat tinggalnya.
III. Peta Lokasi Aksi
Sebelum beregrak harus ada pemetaan (peta) wilayah. Dimana titik-titik sasaran yang menjadi sasaran aksi kita. Dimana basis-basis kita, dimana massa basis-basis lain yang tidak kita organisir akan dapat diseret dalam aksi kita. Dimana letak tujuan aksi kiat, DPRD, DPR. Depnaker, Istana, dll. Dimana letak markas tentara/polisi yang akan di mobilisir untuk menghentikan aksi kita. Dimana titik yang akan menjadi tempat pertemuan utama dari titik-titik pertemuan seluruh massa. Dimana kemungkinan kita akan dihadang, kemana kita harus mundur, kemana bila kita harus tetap sampai ke lokasi aksi.

IV. Waktu Aksi

Waktu aksi yang tepat adalah pada saat massa berkumpul dijalan. Misalnya jam 6.30-7.00 WIB pada saat masuk kerja. Jam berapa pelopor harus sudah berkumpul dll. Berapa waktu yang dibutuhkan untuk mengkonsolidasikan massa di titik-titik kumpul, kapan harus titik-titik tersebut ketemu dan kapan harus segera bergerak keluar.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
  1. Semua pekerjaan harus bersifat massal, artinya pekerjaan pengorganisiran, agitasi-propaganda, penempelan poster, pembagian selebaran harus bersifat massal, termasuk dana. Semua orang harus menjadi organisator, agitator-propagandis. Bila proses ini tidak menjadi massal bisa dipastikan sebelum aksi, bahwa kita telah gagal.
  2. Harus ada dua tempat : tertutup dan terbuka.

PKD STITMA TUBAN


A.     LATAR BELAKANG
Pelatihan Kader Dasar (PKD) merupakan pengkaderan formal basic tingkat kedua. Pada fase ini persoalan doktrinasi nilai – nilai dan misi PMII, penanaman loyalitas dan militansi gerakan, diharapkan sudah tuntas. Target kader – kader militan, mempunyai komitmen moral dan dasar – dasar kemampuan praksis untuk melakukan Amar ma’ruf nahi munkar.
Dalam PKD, kepada peserta mulai diperkenalkan berbagai model gerakan, prinsip – prinsip dasar analisa social, dasar – dasar advokasi dengan segala pengelolaan aktifitas dan gerakan. Output dari PKD adalah dapat menguasai segala hal – hal di atas dan siap terjun dimasyarakat dalam menghadapi tantangan zaman sesuai dengan visi dan misi PMII.
B.     LANDASAN KEGIATAN
*      Pancasila
*      UUD 45
*      Angaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PMII
*      Program Kerja Pengurus Komisariat STITMA Tuban 2011-2012
*      Rapat Pengurus Komisariat PMII STITMA Tuban
C.      TUJUAN KEGIATAN
Tujuan Pengurus Komisariat PMII STITMA Tuban dalam melaksanakan kegiatan ini secara umum adalah sebagai persyaratan wajib pengkaderan formal dan harapan kader – kader PMII kedepan dapat menjadi kader – kader yang mempunyai citra diri ulul albab yaitu, dzikir, fikir, dan amal sholeh. Sehingga dapat mengimbangi laju perkembangan zaman secara seimbang.
D.     TARGET KEGIATAN
*      Memperkokoh komitmen sosial warga pergerakan dalam berbagai aksi dan kemasyarakatan PMII.
*      Mampu menjawab berbagai persoalan dan permasalahan dunia.
*      Pengembangan keterampilan dalam berorganisasi.
*      Dapat menghadapi realita kehidupan bermasyarakat.
E.      TEMA KEGIATAN
PELATIHAN KADER DASAR (PKD) ini mengambil tema: Revitalisasi Gerakan Berbasis Kader Yang Responsif Revolusioner ”.
F.      WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada:
Hari/tgl                       : Jum'at – ahad, 02 – 04 Maret 2012
Waktu                          : Manual acara terlampir
Tempat                        : Balai Desa Perunggahan Kulon – Semanding – Tuban
(Pendopo Pertama Tuban).
G.     BENTUK KEGIATAN
Kegiatan Pelatihan Kader Dasar (PKD) ini menggunakan prinsip belajar andragogi dan menggunakan pendekatan partisipatoris serta kemasyarakatan secara formal dalam bentuk:
1.       Ceramah
2.       Dialog
3.       Discus
4.       Brainstorming
5.       Penulisan Karya Ilmiah Hasil Materi
H.     PESERTA KEGIATAN
a)     Adapun peserta kegiatan ini meliputi :
*      Komisariat Tuban :
1.       Komisariat PMII STITMA Tuban                                          : 20 Peserta
2.       Delegasi Komisariat St. Jenar Unirow Tuban                     : 10 Peserta
3.       Delegasi Komisariat STAISA Singgahan Tuban                  : 10 Peserta
Jumlah                                                                                     : 40 Peserta    
*      Komisariat Bojonegoro :
1.       STAI Sunan Giri Bojonegoro                      : 2 Peserta
2.       STIE Cendekia Bojonegoro                        : 2 Peserta
3.       IKIP Bojonegoro                                          : 2 Peserta
4.       Unigoro Bojonegoro                                   : 2 Peserta
5.       STAI At-Tanwir Bojonegoro                      : 2 Peserta
Jumlah                                                          : 10 Peserta
*      Komisariat Lamongan :
a.       UNISLA Lamongan                                         : 2 Peserta
b.       UNISDA Lamongan                                        : 2 Peserta
c.       STAIRA Lamongan                                         : 2 Peserta
d.       STAIDRA Lamongan                                      : 2 Peserta
e.       STITAF Lamongan                                         : 2 Peserta
Jumlah                                                             : 10 Peserta
*      Komisariat Gresik :
1.       UNMU Gresik                                                  : 2 Peserta
2.       STTQ Qomarudin Gresik                                : 2 Peserta
3.       INKAFA Gresik                                                : 2 Peserta
4.       STAI Qomarudin                                             : 2 Peserta
5.       STAI Raden Santri                                          : 2 Peserta
Jumlah                                                              : 10 Peserta
Jumlah total peserta Pelatihan Kader Dasar (PKD) STIT Makhdum Ibrahim Tuban sebanyak : 70 peserta.
b)     Persyaratan Peserta
*      Sertifikat MAPABA
*      Karya Ilmiah 1 lembar disesuaikan dengan memilih salah satu dari materi
*      Surat rekomendasi dari komisariat masing-masing
I.        PELAKSANA KEGIATAN
Acara ini dilaksanakan oleh PK. PMII STITMA Tuban yang tergabung dalam sebuah kepanitiaan. Adapun susunan panitia ini sebagaimana terlampir.
J.        SEKETARIAT PELAKSANA
Pengurus Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Tuban. Jalan Manunggal Utara No. 11-12 Tuban.
Contact person                         : 0857 3027 0027 ( Zainul Arifin )
                                                        : 0857 8585 9002 ( M. Luqmanul H. Alwi)
                                                : 0857 3137 6974 ( A. Ato’illah )
K.     ESTIMASI DANA KEGIATAN
Kegitan ini diperkirakan menghabiskan dana sebesar Rp. 3.376.000,- (Tiga Juta Tiga Ratus Tujuh Puluh Enam Ribu Rupiyah) Adapun rinciannya sebagaimana terlampir.
L.      SUMBER DANA KEGIATAN
a.       Kontribusi peserta @/Rp. 20.000,-
b.       Kontribusi panitia @/Rp. 20.000
c.       Sumbangan yang halal tidak mengikat
M.    PENUTUP
Demikianlah proposal kegiatan ini kami buat sebagai gambaran sederhana (blue print) dari pelaksanaan kegiatan tersebut. dengan harapan kegiatan ini dapat terselenggara dengan sukses sebagaimana yang kami kehendaki, dan semoga ketulusan dan partisipasi semua pihak merupakan kontribusi positif terhadap bentuk dan tangung jawab social terhadap masa depan bangsa.
Wallahul Muwafiq Ilaa Aqwamittharieq
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tuban, 20 Februari 2012

Panitia Pelatihan Kader Dasar (PKD)
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia





ALFA THOYIBAH                                                                  ZAINUL ARIFIN
Ketua Pelaksana                                                                     Sekretaris

Mengetahui,
PENGURUS KOMISARIAT
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STIT MAKHDUM IBRAHIM TUBAN 2012





AHMAD ATHO’ILLAH
Ketua Umum



Susunan Panitia Pelaksana
Pelatihan Kader Dasar (PKD)
PK. PMII STITMA Tuban 2012

Penanggung Jawab                     : Ketua Umum Pengurus Komisariat PMII Tuban
Steering Committe                    : M. Luqmanul Hakim Alwi
                                                                : M. Miftahul Ulum
                                                                : Ainur Rosyidah
Organizing Committe
Ketua                                                  : Alfa Thoyibah               
Sekretaris                                        : Zainul Arifin   
Bendahara                                       : Miratur Rohmatis S.                   
                                               
Seksi-Seksi
Seksi Acara                                     : M. Nurrokib (CO)                                     
: Abdul Matin
: M. Nur Khasani
: Musthofa Afandi
: Rusli                  
Seksi Akomo & Humas            : Alamul Yaqin              
: Ifa Fauziyah
: Agus Musyarofin
Seksi Konsumsi                            : Edi Suprayogi (CO)                                 
: Isna                    
: Ani’matul Mu’izah       
Seksi Pengalian Dana                               : Khoirul Anam (CO)                                 
: Bahtiyar
: Ansori                                                               

ESTIMASI DANA KEGIATAN
Kesekretariatan
No
Nama barang
Voleme
Harga
Jumlah
1
Penggandaan proposal
30
30 x 3.000
90.000
2
Penggandaan materi
70

200.000
3
Sertifikat
70 buah
60 x 3.000
180.000
4
Setempel panitia
1 buah
25.000
45.000
5
Jumlah


415.000
Akomodasi
No
Nama barang
Voleme
Harga
Jumlah
1
Kertas plano
2 pak
1X 15.000
30.000
2
Spidol
2 pak
2X20.000
40.000
3
Jumlah
70.000
Humas
No
Nama barang
Voleme
Harga
Jumlah
1
Tranportasi publikasi


100.000
2
Dll


50.000
3
Jumlah
150.000
Dekorasi dan dokumentasi
No
Nama barang
Voleme
Harga
Jumlah
1
Baner
3m x 1m

75.000
2
Cetak digital

100.000
100.000
3
Jumlah
175.000
Konsumsi
No
Nama barang
Voleme
Harga
Jumlah
1
Senak

300.000
300.000
2
Makan
70 + Panitia (19)
8 x 89x 3.000
2.136.000
3
Dll.


150.000
4
Jumlah
2.586.000


Total Jumlah Etimasi Dana
1.       Kesekretariatan
2.       Akomodasi
3.       Humas
4.       Dekorasi dan dokumentasi
5.       Konsumsi
415.000
70.000
150.000
175.000
2.586.000
Jumlah
3.376.000





JADWAL MATERI
PKD PK. PMII STITMA TUBAN 2012
NO
HARI, TANGGAL
WAKTU
AGENDA
PEMATERI/FASILITATOR
1
Jum’at, 02 Maret 2012
08.00-10.00
Checking dan Pemberangkatan Peserta
OC, SC, Peserta
11.00-12.30
Ishoma
All
13.00-14.30
Opening Ceremony
OC, SC
15.30-16.30
Prakurikula
SC
16.30-19.00
Ishoma
All
19.30-21.30
Materi I
Aswaja Sebagai Manhajul Fikr
Nurul Yaqin Anas, M.Pd.I (Alumni PMII Yogyakarta)
21.30-22.30
Panel Materi
SC
2
Sabtu, 03 Maret 2012
08.00-09.30
Materi II
NDP dan PKT
Bahrul Ulum, S.Pd.
Ketua Cabang PMII Lamongan 2010-2011
09.30-11.30
Materi VI
Advokasi dan Kebijakan Publik
Ahmad Husaini (PKC)
Ketua Cabang PMII Gresik 2010-2011
11.30-12.30
Ishoma
All
13.00-15.00
Materi IV
Ansos dan Reksos
Adji Dahlan, S.Pd.I
(Ketua Cabang PMII Tuban 2006-2007)
15.30-16.30
Panel Materi
SC
16.30-19.00
Ishoma
All
19.00-21.00
Materi V
Islam dan Teologi Pembebasan
Ahmad Muchibin (Alumni PMII Yogyakarta)
21.00-23.00
Panel Materi
SC
04.30-08.00
Ishoma
All
3
Minggu, 04 Maret 2012
08.00-09.00
Materi III
Analisa Wacana dan Media
Imam Mukroni, SH, (PKC)
Ketua Cabang PMII Bojonegoro 2010-2011
09.30-11.30
Materi VII
Manajemen Aksi dan Mangemen Konflik
Ahmad Fairus
Ketua Umum PKC Jatim
11.30-12.30
Ishoma
All
15.00-16.30
General Review, Evaluasi, dan RTL
SC, OC
16.00-19.00
Ishoma
All
19.00-Selesai
Temu Alumni PMII Tuban
All
00.00
Istirahat
All
4
Senin, 04 Maret 2012
08.00-00.00
Bersih-Bersih nex Go Home
All





No              : 04.Pan.PKD.PK-X.V-04.19.01-02.A-0.02.2012
Lamp          : 1 bendel
Hal             : Permohonan Delegasi

Kepada Yth.
Sahabat. Ketua Umum
PK. PMII ..............................................................
Di –
      Tempat


Assalamua’laikum Wr. Wb.
Salam Silaturrahiim, semoga kita tetap dalam perlindungan dan naungan Allah SWT. dalam segala aktifitas kita sehari-hari. Amin..

Terkait akan diselenggarakannya Pelatihan Kader Dasar (PKD) Pengurus Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia STITMA Tuban periode 2011-2012 yang akan kami laksanakan pada :
Hari, Tanggal      : Jum’at – Ahad, 02 – 04 Maret 2012
Pukul                    : 09.00 – Selesai
Tempat                 : Balai Ds. Perunggahan Kulon – Semanding – Tuban
Tema                    : Revitalisasi Gerakan Berbasis Kader Yang Responsif
 Revolusioner ”.
Demikian surat ini kami buat, atas segala bentuk kerjasama dan partisipasinya kami ucapkan terima kasih.

Wallahul Muwafiq Ilaa Aqwamittharieq
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tuban, 19 Februari 2012

Panitia Pelatihan Kader Dasar
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
STITMA Tuban 2012





ALFA THOYIBAH                                                        ZAINUL ARIFIN
Ketua Pelaksana                                                            Sekretaris
Mengetahui,
PENGURUS KOMISARIAT
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STITMA TUBAN 2011-2012





AHMAD ATHO’ILLAH
Ketua Umum